Senin, 30 September 2013

Susah BAB, Awas Kanker Usus!

BILA Anda sering susah buang air besar, sering sakit perut atau sembelit sebaiknya waspada. Bisa jadi  gangguan yang Anda alami merupakan salah satu bentuk gejala kanker usus besar atau kanker kolorektal.

Seperti diungkap Dr Adil Pasaribu, Sp.B.KBD, dokter spesialis bedah kanker dari RS Dharmais Jakarta, sebagian orang saat ini mengabaikan gejala sakit perut, susah buang besar dan perubahan siklus buang air besar.  Padahal, gejala-gejala itu merupakan bagian dari pertanda adanya penyakit kanker kolorektal.

¨Kebanyakan masyarakat tidak menyadari bahwa kanker dapat dipicu oleh gejala-gejala yang dianggap remeh seperti cara diet yang salah yang menyebabkan kebiasaan buang air besar dan sembelit, ungkap Dr. Adil di Jakarta, Kamis (28/2).

Menurut Aidil, perubahan siklus buang air besar memang merupakan gejala yang patut diwaspadai dalam mengantisipasi kanker kolorektal. Perubahan yang tidak wajar atau siklusnya melebihi waktu transit harus dicurigai sebagai gejala.

¨Normalnya, waktu transit yang dibutuhkan makanan dari sejak  masuk hingga dikeluarkan lagi  melalui anus tidak melebihi 48 hingga 72 jam.  Jika waktunya melebihi angka tersebut, sebaiknya harus berhati-hati.

Selain perubahan siklus buang air besr, tanda lainnya yang bisa dideteksi sebagai gejala kanker usus besar adalah ditemukannya darah pada kotoran saat buang air besar. Tanda lainnya adalah penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, rasa sakit di perut atau bagian belakang, perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar dan tidak ada rasa puas dan kadang-kadang dapat diraba adanya massa atau tonjolan pada perut.
Prevalensi meningkat
Kanker kolorektal sendiri merupakan salah satu jenis kanker yang jumlah kasus atau tingkat prevalensinya cukup tinggi. Di Indonesia sejauh ini memang belum ada data akurat mengenai jumlah kasus secara rinci. "Tetapi di seluruh dunia, berdasarkan laporan terakhir, kanker kolorektal menempati urutan kedua dari daftar peenyakit kanker yang paling banyak diderita," ujarnya.

Meski belum ada data akurat, kata Adil, kasus kanker kolorektal di Indonesia cenderung mengalami peningkatan seiring dengan berubahnya gaya hidup masyarakat. Indikasi peningkatan itu misalnya dapat tercermin dari sebuah riset seorang  peneliti di Semarang yang menemuan adanya kenaikan angka kejadian dari tahun 1970 hingga 1980.

"Kalau sebelumnya angka kejadian per 1000 itu rata-rata pada perempuan 2,4 dan pada pria 2,2, ternyata kemudian ada peningkatan menjadi 3,1 hingga 3,2.  Jika di tanah air ada peningkatan kasus, sebaliknya di negara maju angka kejadian kanker kolorektal justru menurun,"  terang Adil.

Di rumah sakit kanker Dharmais Jakarta sendiri, lanjut Adil, kanker kolorektal masuk dalam empat besar dari 10 jenis kanker yang paling banyak dialami para pasien.  Kanker kolorektal banyak menyerang di usia 55-64 tahun. Namun saat ini cukup banyak juga usia 35-44 tahun yang telah menderita kanker usus besar dan rektum. Rata-rata mereka yang berobat menjadi sulit diobati karena sudah dalam stadium lanjut. 

"Oleh sebab itulah, penting artinya untuk mengetahui gejalanya dari awal dan menjaga kesehatan termasuk menghindari gaya hidup yang dapat memicu risiko terjadinya kanker ini seperti pola makan tak sehat, stres, merokok dan alkohol," jelasnya.

Senin, 23 September 2013

Cegah kanker pankreas dengan diet sehat!

Sebuah penelitian terhadap lebih dari 500.000 warga Amerika mengungkap bahwa menjalani diet sehat dan mengonsumsi makanan sehat bisa menurunkan risiko kanker pankreas hingga 15 persen. Beberapa ketentuannya antara lain mengurangi lemak jenuh, kolesterol, gula, garam, dan alkohol.
"Menjaga makanan yang dikonsumsi dengan diet sehat memberikan banyak manfaat kesehatan. Penelitian kami menunjukkan bahwa orang yang menjalani diet sehat memiliki risiko kanker pankreas yang lebih rendah," ungkap ketua peneliti Hannah Arem dari US National Cancer Institute.
Hasil ini didapatkan peneliti setelah melakukan pengamatan terhadap lebih dari 500.000 orang berusia 50 - 71 tahun yang terdaftar dalam US National Institutes of Health, seperti dilansir oleh US News (15/08).
Meski begitu Arem mengakui bahwa penelitian ini masih terbatas sehingga tak bisa membuktikan adanya katan sebab akibat. Tak hanya itu, Arem juga mengakui bahwa waktu lain selain diet sehat dan konsumsi makanan sehat juga berpengaruh terhadap risiko kanker pankreas.
Selain diet sehat, beberapa hal seperti tingkat pendidikan, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, vitamin, dan lainnya juga bisa mempengaruhi risiko kanker pankreas. Hasil penelitian ini disetujui oleh peneliti lain. Bahkan Marji McCullough menjelaskan bahwa menjalani diet sehat tak hanya menurunkan risiko penyakit fatal seperti kanker, tetapi juga penyakit lainnya.

Senin, 16 September 2013

Diet Sehat Pasien Kanker

Kanker adalah kondisi pertumbuhan sel-sel tubuh yang tidak terkendali.
Bagi penderitanya baik yang masih menjalani terapi atau sudah sembuh, perlu mewaspadai sel-sel kanker ini agar tidak bertambah banyak atau tumbuh lagi. Ketua umum Asosiasi Dietisian Indonesia Martalena Purba menjelaskan bahwa secara periodik dokter akan mengecek nasih sel-sel kanker. "Untuk mengurangi dan menghindari agar tidak muncul kembali, maka ada makanan yang perlu dihindari," ujar Martalena.

Makanan haram bagi penderita kanker adalah yang bersifat karsinogetis atau memicu pertumbuhan sel kanker. Ahli Gizi Rumah dari Rumah Sakit dr Sardjito Yogyakarta ini menjelaskan bahwa karsinogenetis ditemukan pada bahan pangan hewani berlemak yang dibakar. "Itu kalau di sate yang sampai menyala lemaknya ketika dibakar," ujar Lena, sapaan Martalena. Karsinogetis juga dijumpai pada makanan awetan dan yang digoreng dengan minyak yang dipakai berulang.

Lemak hewani dan bahan tambahan pangan untuk menambah masa simpan adalah sejoli yang jahat bagi pasien kanker. Dua karib ini bisa dijumpai dalam sosis, salami, atau kornet yang berasal dari daging dengan tambahan sodium nitram. "Satu yang sering terlupa adalah aflatoxin, racun yang ditemui dalam kulit kacang tanah, sereal berjamur dan kacang-kacangan berjamur," ujar Fahma Sunarja, Senior Dietisien dari Parkway Cancer Center Singapura yang dihubungi lewat surat elektronik. 

Menghindari racun-racun tersebut, Fahma menyarankan untuk memilih bahan yang segar, cuci dalam air mengalir supaya pestisida hilang dan masak dengan berbagai metode. Bisa dengan menumis, menggoreng, mengukur, memanggang, dan merebus. Untuk menunya, tiap pasien punya pola yang berbeda. "Yang penting dalam satu porsi, gizinya seimbang," kata pemegang gelar Master Dietisien dari Universitas Otago, Selandia Baru.

Kondisi yang perlu dicermati adalah mereka yang baru saja menjalani radioterapi dan kemoterapi. "Beberapa pasien biasanya mengalami mulut kering, sariawan dan pengubahan rasa, sehingga selera makannya jadi menguap" ujar Fahma. Penulis buku "Awakening the Appetite" menuturkan bahwa pasien yang baru saja terapi tersebut sebaiknya mengkonsumsi makanan yang lembut dan dingin.

"Sebab indera pencecap mereka lebih bisa menerima," Lena menambahkan. Makanan yang panas, akan membuat perut pasien rasanya tidak nyaman. "Kalau kata orang Jawa, tebah," ujar dia. Pasien-pasien yang dalam tahap penyembuhan, perlu asupan tinggi protein, baik nabati dan hewani. Sebab, Lena melanjutkan, dalam tubuh mereka banyak mengandung oksidan dari obat dan terapi radiasi.

Sehingga diperlukan antioksidan dari makanan alami. Paling gampang adalah dari sayuran dan buah yang berwarna. Lena mencontohkan wortel, bayam, kangkung, tomat dan aneka buah-buahan bagus sebagai penangkap anti oksidan. Sayur dan buah yang kaya serat tersebut juga baik untuk mengikat sisa metabolisme tubuh. Kalau kurang serat, maka sisa metabolisme akan "ngendon" dan bisa jadi racun ke tubuh sendiri.

Diet memang lebih mudah diterapkan bagi pasien yang tinggal di rumah. Kalau harus bepergian, Fahma mengingatkan untuk memperhatikan kebersihan pangan dan keamanan pangan dalam asupan mereka. "Cari makanan yang memang berbahan segar," ujar dia. Jadi pengubahan zat gizi masih dalam toleransi. Ketika makan di luar, usahakan tidak membeli makanan yang dihangatkan berulang seperti nasi padang atau nasi rames. 

Menjaga pola makan bagi pasien kanker, diakui Fahma memang tidak bisa menyembuhkan. Tapi setidaknya dengan kecukupan gizi dan keamanan pangan, tubuh memiliki kekuatan untuk melawan kanker. Sekaligus bisa kuat ketika menjalani proses kemoterapi yang tak hanya membunuh sel kanker tapi juga sel sehat.

Senin, 09 September 2013

Cegah Kanker dengan Makanan Antipenuaan Ini

Antioksidan memang naik daun sebagai zat ajaib yang mampu mencegah berbagai penyakit mematikan seperti jantung dan kanker. Meski banyak suplemen yang mengandung antioksidan, sebenarnya kita bisa mendapatkannya dari makanan sehari-hari.

Banyak makanan sehari-hari yang kaya akan vitamin dan komponen antikanker. Dikonsumsi sendiri atau sebagai pendamping, makanan dan minuman ini berefek positif bagi kesehatan bila dikonsumsi secara rutin dalam jumlah cukup.

1. Cokelat hitam

Biji cokelat kaya antioksidan, terutama cokelat hitam dibanding dengan cokelat lain. "Biji cokelat yang segar dari pohon sangat kaya flavonol," tulis laporan sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Cosmetic Dermatology pada 2009.

Kandungan flavanol sebagai antikanker dalam cokelat hampir sama dengan teh hijau. Namun, kandungan ini berkurang selama proses produksi cokelat dalam pabrik.

2. Buah berry

Buah berry yang berwarna gelap atau biru, misalnya bluberry atau blackberry, memiliki antioksidan yang tinggi. Kandungan ini mencegah penurunan kemampuan mental pada wanita yang mulai lanjut usia.

"Semakin banyak mengkonsumsi berry akan membantu memelihara ingatan saat bertambah tua," kata peneliti dari  Brigham dan Women's Hospital and Harvard Medical School, Elizabeth Devore.

3. Teh hijau

Teh hijau kaya polifenol yang merupakan salah satu bentuk antioksidan dan memberikan rasa pahit pada teh. Antioksidan pada teh kemungkinan lebih tinggi dibanding pada vitamin C.

Untuk menjaga kandungan antioksidan dalam teh hijau, sebaiknya teh diminum secara tradisional, yakni diseduh tanpa tambahan gula. Konsumsi teh hijau secara rutin diketahui bisa mencegah berbagai jenis kanker.

4. Ikan

Salmon, tuna, dan sardin kaya akan asam lemak omega 3 yang mencegah timbulnya penyakit jantung dan melawan inflamasi. Menurut American Heart Association (AHA), protein dalam ikan lebih baik dibandingkan dengan daging karena tidak mengandung lemak jenuh.

Omega 3 dalam ikan juga mencegah aritmia, yaitu ketidakteraturan irama jantung yang berisiko buruk bagi kesehatan. Para ahli merekomendasikan konsumsi ikan dua kali dalam seminggu. 

5. Buah anggur dan red wine

Minum red wine dalam jumlah yang cukup berefek positif pada jantung dan kesehatan. Anggur merah mengandung antioksidan dan antipenuaan yang disebut resveratrol. Kandungan ini juga ditemukan dalan buah dan jus anggur.

Red wine memiliki kandungan resveratrol lebih tinggi dibanding white wine. Hal ini dikarenakan red wine menyertakan kulit anggur yang memang banyak terdapat resveratrol. Peneliti dari Harvard mengatakan resveratrol juga memperlambat proses penuaan.

6. Sayur

Hampir seluruh sayuran baik untuk kesehatan, entah itu dimakan mentah maupun matang. Sayur mengandung antioksidan dan melindungi tubuh dari paparan sinar ultraviolet. Sayur juga tinggi vitamin A, K, C, dan E.

7. Minyak zaitun

Seperti teh hijau, minyak zaitun mengandung polifenol yang memperbaiki fungsi memori dan kognitif serta pencernaan. Rutin mengoleskan minyak zaitun ke kulit juga akan memperbaiki kondisi kulit. 

8. Yogurt

Yogurt mengandung bakteri baik yang disebut probiotik yang secara alami sebenarnya ditemukan dalam sistem perncernaan. Yogurt juga kaya protein dan kalsium dan bisa ditambahkan dalam pola makan sehari-hari.