Senin, 25 November 2013

Waspada, Makanan Manis Bisa Picu Kanker Usus

Menyantap hidangan berbuka dengan makanan yang manis memang dianjurkan untuk mengganti gula darah yang hilang selama seharian berpuasa. Namun, mengonsumsinya pun harus dibatasi dan tidak berlebihan.
Baru-baru ini sebuah penelitian dari Edinburgh & Aberdeen University menemukan bahwa terlalu banyak mengonsumsi makanan manis dapat meningkatkan risiko kanker usus.
Kanker usus merupakan penyakit yang lebih berbahaya dibandingkan kanker paru-paru, karena sudah banyak menelan korban jiwa di seluruh dunia.
Untuk mengetahui hubungan antara makanan manis dan risiko kanker usus, peneliti memberikan kuesioner kepada 2.000 penderita kanker usus untuk mengetahui pola makan mereka sebelum didiagnosa menderita penyakit mematikan ini.
Dari pengamatan tersebut diperoleh data bahwa pasien yang sering mengonsumsi makanan ringan bergula tinggi seperti kue, biskuit, permen dan keripik, 18 persen lebih mungkin mengalami kanker usus ketimbang mereka yang lebih sedikit mengonsumsi jenis makanan tersebut.
Tidak hanya makanan, kebiasaan mengonsumsi minuman bersoda juga meningkatkan risiko kanker usus sebesar 12 persen. Risiko akan meningkat jika orang yang bersangkutan malas melakukan aktivitas fisik (berolahraga).
Seperti dikutip Dailymail, Dr Evropi Theodoratou dari Edinburgh University’s School of Molecular, Genetic and Population Health Sciences mengatakan, “Hal ini penting untuk dilanjutkan terutama karena orang-orang di negara maju banyak mengonsumsi makanan ini.”
Penelitian ini telah dipublikasikan dalam European Journal of Cancer Prevention.

Senin, 11 November 2013

Kanker Kolorektal Dapat Disembuhkan

Semakin dini kanker terdeteksi, semakin besar angka harapan hidup pasien. Bahkan, pasien kanker kolorektal dapat disembuhkan. Namun, di Indonesia, umumnya kasus kanker usus dan anus diketahui pada stadium lanjut sehingga tingkat harapan hidupnya kecil.

Hal itu dikemukakan oleh dokter ahli kanker Noorwati dari Rumah Sakit Kanker Dharmais dan Aru Sudoyo dari FKUI/ RSCM yang dihubungi secara terpisah terkait acara penyerahan bantuan dari Hotel Four Season Jakarta kepada Yayasan Kanker Indonesia (YKI) untuk program Jakarta Run Against Cancer Everyone, di Jakarta, Rabu (7/3). Penyerahan bantuan itu terkait dengan peringatan bulan kesadaran kanker kolorektal.

Donasi sebesar Rp 500 juta itu, kata Ketua Umum YKI Nila Moeloek, akan dialokasikan untuk serangkaian kegiatan edukasi, deteksi dini, dan pemberian bantuan langsung kepada pasien kanker yang tidak mampu. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pap smear gratis sebagai deteksi dini kanker leher rahim.

Nila menyatakan, masyarakat Indonesia masih banyak yang memiliki pemahaman keliru, yaitu kanker adalah penyakit yang mematikan dan menakutkan. ”Sesungguhnya penderita kanker dapat bertahan hidup lama bila kanker terdeteksi dini dan segera diobati,” kata Nila.

Kanker kolorektal

Menurut Aru, selama ini pemeriksaan konvensional, seperti colok dubur dan tes darah samar, dapat mendeteksi kanker kolorektal. Namun, hal itu hanya bisa mendeteksi kanker pada stadium lanjut.

Hal senada dikemukakan oleh Noorwati. Menurut dia, colok dubur tidak bisa menjangkau bagian dalam usus. Oleh karena itu, di AS dikembangkan pemeriksaan menggunakan teropong.

Noorwati menekankan, kanker kolorektal perlu dideteksi secara dini. Bila telah stadium lanjut, penanganannya sulit. ”Bila diameter benjolan atau polip dalam usus besar sudah mencapai 1 cm, di dalamnya terdapat miliaran sel kanker,” katanya.

Polip biasanya tidak terdeteksi dalam waktu lama. Dalam kondisi tertentu, sel bisa berubah ganas, menjadi kanker dan menyebar ke bagian tubuh lain.

Aru menambahkan, kini diperkenalkan teknik pemeriksaan DNA yang dapat mendeteksi dini kanker kolorektal. Layanan ini telah ada di Indonesia.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker kolorektal merupakan kasus terbanyak ketiga yang menimbulkan kematian melebihi angka kematian akibat kanker payudara.

Padahal, 50 persen angka kematian kanker kolorektal dapat dicegah. Di Indonesia, 30 persen dari jumlah kanker usus terjadi dalam usia produktif. Sebagian besar (60 persen) dialami oleh pasien pria.