Selasa, 25 Maret 2014

Wah, Kacang Polong Bisa Lawan Kanker Usus!

Makanan yang kaya akan pati jenis resistant starch (RS), seperti kacang polong, buncis, dan jenis kacang lainnya, ternyata bisa melindungi Anda dari kanker usus atau kolorektal.
RS ini tidak dapat dicerna sehingga akan berakhir di usus dengan bentuk yang sama saat memasuki mulut Anda. Setelah di usus, pati ini melakukan beberapa hal penting, termasuk penurunan pH dan waktu transit usus, dan meningkatkan produksi asam lemak. Efek ini juga mendorong pertumbuhan bakteri baik sekaligus membuang bakteri buruk.
Kini, sebuah tinjauan University of Colorado Cancer Center telah menunjukkan bahwa pati tersebut juga membantu tubuh melawan kanker kolorektal melalui berbagai mekanisme, termasuk membunuh sel pra-kanker dan mengurangi peradangan penyebab kanker.
“Pati ini banyak ditemukan dalam kacang polong, buncis dan jenis kacang lainnya, pisang hijau, dan juga dalam produk tepung kemasan yang didinginkan seperti nasi sushi dan salad pasta,” ujar Janine Higgins, PhD, peneliti CU Cancer Center dan profesor Pediatrics di University of Colorado School of Medicine.
“Anda harus mengonsumsi makanan tersebut dalam suhu ruangan normal atau di bawah normal. Apabila Anda memanaskannya segera, pati tersebut akan hilang. Tapi bila dikonsumsi dengan benar, pati ini mampu membunuh sel pra-kanker dalam usus,” saran Higgins.
“Pati ini juga mungkin memiliki implikasi untuk pencegahan kanker payudara,” kata Higgins. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Current Opinion in Gastroenterology edisi bulan ini.

Selasa, 11 Maret 2014

Kurangi Resiko Kanker Usus dengan Aspirin

Aspirin yang dikonsumsi secara terus menerus mampu mengurangi 60 persen kanker kolorektal (usus) pada orang yang menderita penyakit turun-menurun itu. Demikian menurut laporan jurnal The Lancet, akhir pekan lalu.
Penelitian yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan menggunakan sampel yang luas ini, menguatkan bukti lain bahwa aspirin dapat melindungi usus besar dan rektum dari kanker.
Studi tersebut melibatkan sejumlah penderita Lynch Syndrome, kesalahan genetis yang mengubah susunan sel sehingga menyebabkan berbagai macam kanker, termasuk kanker usus.
Sebanyak 861 pasien dibagi menjadi dua kelompok secara acak. Satu kelompok mengonsumsi dua butir aspirin berdosis 600 mg setiap hari, kelompok lain mengonsumsi pil biasa, atau disebut juga plasebo, sedikitnya dua tahun. Kemudian usus besar mereka diperiksa.
Ketika data tersebut diperiksa pertama kali pada 2007, tidak ada perbedaan di antara dua kelompok itu. Namun semuanya berubah ketika para peneliti memeriksa data itu kembali beberapa tahun kemudian.
Hingga saat itu, terdapat 34 kasus kanker usus di kelompok plasebo, sedangkan di kelompok aspirin hanya 19, atau 44 persen lebih sedikit dibanding kelompok plasebo.
Para dokter kemudian melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap 60 persen pasien yang mengonsumsi aspirin dan plasebo selama lebih dari dua tahun.
Hasil penelitian sub-kelompok itu lebih mengesankan. Terdapat 23 penderita kanker usus di kelompok plasebo, dan hanya 10 penderita di kelompok aspirin, atau 63 persen lebih sedikit dibanding kelompok plasebo. Perbedaan itu baru terlihat setelah lima tahun.
Dari temuan tersebut, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk melihat dosis dan jangka waktu terbaik dalam mengonsumsi aspirin.
"Sementara itu, para dokter klinik harus mempertimbangkan resep aspirin untuk semua orang yang berisiko tinggi mengidap penyakit kanker usus, dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi efek samping," kata ketua penelitian John Burn, profesor genetika klinis di Universitas Newcastle, Inggris timur laut, dalam jurnal tersebut.
Tahun lalu, sebuah studi yang juga terbit dalam jurnal The Lancet menemukan bahwa jumlah penderita kanker usus besar, prostat, paru-paru, otak dan tenggorokan berkurang akibat konsumsi aspirin setiap hari. Untuk kanker usus besar, resiko di atas 20 tahun berkurang 40 persen.
Banyak dokter menyarankan penggunaan aspirin secara rutin untuk mengurangi resiko serangan jantung, stroke dan masalah sirkulasi darah lainnya. Namun penggunaan aspirin secara terus -menerus dapat menyebabkan efek samping berupa sakit perut.