Selasa, 14 Januari 2014

Kanker Kolorektal Jadi Ancaman

Kanker kolorektal mengancam seiring pertambahan usia harapan hidup dan perubahan gaya hidup. Di dunia, setidaknya 1,5 juta orang terkena kanker itu setiap tahun.
Hal itu dikemukakan Profesor GNJ Tytgat, President World Gastroenterology Organizations, dalam jumpa pers terkait penyelenggaraan ”Symposium Breast, Colorectal, and Liver Update 2011”, Sabtu (21/5) di Jakarta.
Penyebab kanker kolorektal (usus besar dan dubur) antara lain faktor genetik, riwayat pasien pernah menderita tumor jinak pada usus besar, dan peradangan usus. Pola makan dan paparan dari zat-zat tertentu juga memudahkan timbulnya kanker.
Tytgat mengatakan, ancaman kanker kolorektal tidak hanya di negara-negara Barat, tetapi juga di Asia. ”Pola makan tinggi lemak dan rendah serat, kurang aktivitas fisik, serta merokok mempertinggi risiko kanker kolorektal,” ujarnya. Risiko terkena kanker kolorektal meningkat pada usia di atas 50 tahun.
Perkembangan kanker kolorektal lambat, terjadi bertahun- tahun, hingga akhirnya berbagai gejala muncul, antara lain ada darah pada tinja saat buang air besar, perubahan frekuensi dan konsistensi buang air besar, serta rasa sakit di perut.
Tytgat mengatakan, sebaiknya dilakukan deteksi dini untuk kanker kolorektal sejak usia 35 tahun. ”Dulu deteksi dini dimulai sejak usia 50 tahun. Namun, deteksi dini 10-15 tahun lebih awal akan sangat baik,” katanya.
Dokter spesialis bedah onkologi, Samuel Haryono, mengatakan, deteksi dini dan edukasi tentang kanker penting untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian. Penemuan kasus pada stadium dini membuat penanganan lebih mudah, masa bebas penyakit lama, dan kemungkinan tumbuh kanker kembali rendah.
Metode yang dapat dilakukan untuk deteksi dini untuk kanker kolorektal antara lain pemeriksaan adanya darah pada tinja, pemindaian dan endoskopi untuk melihat ke saluran pencernaan.
Penanganan kanker usus antara lain dengan operasi terbuka, operasi laparoskopi (menggunakan fiber optik yang dimasukkan ke tubuh pasien sehingga irisan pada kulit lebih sedikit dan perawatan lebih singkat), kemoterapi, serta terapi target.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar