Jumat, 01 Agustus 2014

Sering memendam emosi bikin risiko kanker naik 70 persen!

Memendam emosi memang bukan hal yang baik. Selain berimbas negatif untuk kesehatan mental, memendam emosi ternyata juga bisa berbahaya untuk kesehatan fisik. Peneliti mengungkap bahwa orang yang sering memendam emosi dalam waktu yang lama berisiko mati muda tiga kali lipat lebih tinggi.
Penelitian di Harvard School of Public Health menunjukkan bahwa risiko kematian prematur meningkat 35 persen pada orang yang sering memendam emosi dan perasaannya. Hal ini berbeda dengan orang yang lebih sering mengungkap kekecewaan atau menyalurkan emosi dengan cara lain, tak hanya memendamnya.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang sering memendam emosi memiliki risiko terkena penyakit jantung 47 persen lebih tinggi dan terkena kanker 70 persen lebih tinggi. Penemuan ini membuat peneliti menampik anggapan bahwa memendam emosi dan tak mengungkapkannya hanya berdampak kecil.
Hasil tersebut didapatkan peneliti setelah mengamati 796 pria dan wanita dengan rata-rata usia 44 tahun. Salah satu bagian survei menunjukkan sesering apa partisipan menahan emosi mereka. Survei ini diulangi 12 tahun kemudian, dan diketahui 111 partisipan telah meninggal akibat penyakit jantung dan kanker, seperti dilansir oleh Daily Mail (11/09).
Meski begitu, belum jelas bagaimana menahan emosi bisa berkaitan dengan kematian dan peningkatan risiko kanker serta penyakit jantung. Salah satu teori yang dikemukakan peneliti adalah karena menahan emosi dan perasaan negatif bisa mengganggu keseimbangan hormon pada tubuh yang berimbas pada kerusakan sel dan kanker.
Selain itu, peneliti juga menjelaskan bahwa kebiasaan buruk seperti merokok dan minum alkohol bisa jadi dilakukan oleh orang yang memendam emosi mereka ketika tak menemukan cara lain untuk menyalurkannya. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memperjelas kaitan antara memendam emosi dengan tingginya risiko kematian dan kanker.

Selasa, 15 Juli 2014

Lemon, buah yang memperlambat pertumbuhan sel kanker

Lemon adalah buah menyegarkan yang kaya akan vitamin C. Selain itu, ada banyak khasiat lemon yang menakjubkan bagi kesehatan, salah satunya memperlambat pertumbuhan sel kanker. Simak keuntungan lainnya dari makan buah lemon seperti yang dilansir dari Huffington Post berikut ini.
Enzim
Lemon membantu hati untuk mengusir racun dari dalam tubuh melalui enzim alami yang terkandung di dalamnya. Hal ini pun memicu kesehatan tubuh secara keseluruhan dan menjaga kulit tetap bersih.
Kalsium
Asam sitrat pada lemon berperan dalam membersihkan timbunan kalsium di pembuluh darah, pankreas, dan sekaligus batu ginjal.
Antioksidan
Lemon menyumbang dosis antioksidan tinggi pada tubuh berupa kandungan vitamin C di dalamnya. Makan lemon juga ampuh mengurangi keriput di wajah.
Sistem imun
Vitamin C juga merupakan pendongkrak sistem imun yang menangkal demam dan sakit flu.
Elektrolit
Lemon merupakan sumber elektrolit yang baik karena di dalamnya mengandung kalium, kalsium, dan magnesium. Elektrolit tersebut bertugas untuk menghindarkan tubuh dari dehidrasi dan menjaga fungsinya agar tetap berjalan lancar.
Peredaran darah
Flavonoid di dalam buah lemon adalah senyawa yang melancarkan peredaran darah, mengontrol tekanan darah, dan menurunkan inflamasi.
Keasaman
Kadar pH atau keasaman dalam tubuh bisa dijaga agar tetap seimbang dengan rajin makan lemon.
Kanker
Lemon mengandung pectin sitrat dan limonoid yang terbukti mampu menghambat penyebaran, memperlambat pertumbuhan, serta membunuh sel kanker.
Itulah Lemon, buah segar dengan banyak khasiat kesehatan. Setiap pagi, coba minum jus atau air lemon secara teratur untuk mendapatkan berbagai khasiat tersebut.

Selasa, 01 Juli 2014

Makan bawang putih mentah turunkan risiko kanker paru-paru

Sebuah penelitian terbaru menyebutkan bahwa makan bawang putih 
dua kali seminggu mampu menurunkan risiko kanker paru-paru sebe
sar 44 persen.
Penelitian dari China itu juga membuktikan kalau efek rokok - salah
 satu hal yang memicu kanker paru-paru - tidak akan menghilang
kan khasiat konsumsi bawang putih. Meskipun keampuhan ma
kan bawang putih mentah pada perokok hanya menurunkan risiko
kanker sampai 30 persen saja.
Sekitar 40.000 orang dalam setahun didiagnosis kanker paru-paru di
Inggris dan Wales saja. Namun angka tersebut bisa diturunkan jika
seseorang membiasakan diri untuk mengonsumsi bawang putih men
tah.
Selain itu, penelitian lain dari University of South Australia juga pernah
menyebutkan kalau bawang putih mampu menurunkan risiko kanker
usus besar hingga 35 persen.
Sebagaimana dilansir dari Daily Mail, peneliti dari Jiangsu
Provincial Centre di China membandingkan 1.424 paru-paru pasien
kanker dengan 4.500 orang dewasa sehat. Hasilnya, mereka yang rajin
makan bawang putih mentah setidaknya dua kali dalam seminggu me
mang berisiko rendah terkena kanker paru-paru.
Sayangnya, belum ada kepastian apakah memasak bawang putih juga
akan memberi khasiat yang sama dalam menurunkan kanker paru-paru.
Berbagai penelitian sebelumnya menjelaskan kalau senyawa berna
ma allicin berperan dalam memberi manfaat kesehatan pada tubuh.
Antioksidan tersebut khususnya akan lebih dirasakan khasiatnya jika
bawang putih ditumbuk atau diiris kecil-kecil.

Minggu, 15 Juni 2014

Nutrisi yang harus dikonsumsi oleh pasien kanker

Ketika dirawat karena penyakit kanker, hal terakhir yang Anda pikirkan
mungkin adalah diet. Padahal memilih makanan bernutrisi yang dikon
sumsi selama masa perawatan kanker sangat penting untuk menjaga
agar tubuh tetap kuat dan sehat.
Nutrisi selama menjalani perawatan kanker dikonsumsi untuk mencu
kupi kebutuhan cairan tubuh, energi, dan protein. Pasien kanker mem
butuhkan nutrisi yang berbeda-beda. Apa yang sesuai untuk satu
pasien belum tentu sesuai untuk pasien lain.
Beberapa pasien mengalami kesusahan menelan, masalah pencer
naan, dan rasa lelah akibat efek samping perawatan. Untuk itu diet
dan nutrisi yang diperlukan juga butuh disesuaikan. Berikut adalah
beberapa makanan bernutrisi yang sebaiknya dikonsumsi oleh pasien
kanker, seperti dilansir oleh Third Age (28/07).
1. Buah segar
Pilihan terbaik adalah buah yang menyegarkan, mudah dikonsumsi,
dan mengandung cairan yang banyak. Beberapa di antaranya adalah
melon, buah berry, nanas, pisang, pear, atau jus buah.
2. Yogurt
Yogurt diperlukan untuk menjaga kesehatan pencernaan dan membu
at proses makan lebih mudah. pasien bisa memilih yogurt jenis apa
saja dengan rasa apa saja.
3. Sereal
Sereal baik dikonsumsi baik dingin maupun hangat. Untuk pasien kan
ker yang mengalami kesulitan makan dan pencernaan, bisa memilih
sereal yang berbahan dasar nasi atau beras.
4. Gandum utuh
Konsumsi makanan yang terbuat 100 persen dari gandum utuh. Pasti
kan itu benar-benar terbuat dari gandum utuh seluruhnya. Gandum
utuh bisa membantu kesehatan pencernaan dan memberikan tambah
an serat, protein, serta nutrisi lainnya.
5. Daging sapi atau ayam
Mengonsumsi daging dan telur juga baik untuk mendapatkan protein
dan energi yang dibutuhkan. akan lebih baik jika daging dan telur dima
sak dalam sup karena daging biasanya lebih lunak dan mudah dikon
sumsi.
6. Telur
Jangan mengonsumsi telur mentah atau setengah matang. Hanya kon
sumsi telur yang matang entah direbus, digoreng, telur orak-arik, atau
lainnya. Telur yang belum makan bisa berbahaya.
Itulah beberapa makanan bernutrisi yang dibutuhkan oleh pasien kanker
untuk tetap memenuhi kebutuhan protein, energi, dan cairan mereka.
Tentunya pastikan berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi
makanan di atas. Pastikan Anda tak memiliki pantangan yang berkaitan
dengan makanan tersebut.

Minggu, 01 Juni 2014

12 Makanan Super Pelawan Kanker

Setiap hari satu orang terdiagnosis kanker. Meski penyebab kanker belum diketahui dengan pasti, bukan berarti kita hanya bisa pasrah menghadapi penyakit ini. Banyak penelitian menunjukkan kanker dapat dicegah dengan menjalankan pola hidup sehat.

Memilih makanan yang sehat dan olahraga rutin bukan hanya dapat mencegah kanker, melainkan penelitian juga menunjukkan bahwa makanan yang tepat dapat menghentikan perkembangan sel kanker. Berikut adalah 12 makanan super yang diketahui bisa menjauhkan kita dari kanker.

1. Kacang tanah
Kaya akan vitamin E yang menurunkan risiko kanker kolon, paru-paru, hati, dan kanker lainnya. Selai kacang yang nikmat pada roti gandum utuh akan membantu Anda melawan kanker.

2. Grapefruit

Jeruk, grapefruit, dan brokoli kaya akan vitamin C. Elemen ini penting untuk mencegah pembentukan senyawa nitrogen yang merupakan penyebab kanker. Makanan mengandung vitamin C tinggi ini menurunkan risiko kanker esofagus, kandung kemih, payudara, serviks, lambung, dan usus besar. Jadi, jangan lupakan makanan-makanan ini dalam diet Anda sehari-hari.

3. Berry
Buah berry merupakan pelawan kanker yang tangguh. Kandungan antioksidannya yang tinggilah yang menyebabkan demikian.

4. Ubi jalar
Ubi jalar kaya beta karoten yang dapat menurunkan risiko kanker kolon, lambung, dan paru-paru. Studi menunjukkan, ubi jalar dapat menurunkan risiko kanker payudara hingga setengahnya.

5. Salmon liar
Salmon, terutama ikan yang ditangkap liar, merupakan sumber vitamin D yang baik. Makanan yang kaya vitamin D membantu menghalangi perkembangan pembuluh darah yang memberi makan tumor tumbuh dan membantu menghentikan proliferasi sel kanker dan prakanker.

6. Biji lenan
Asam lemak omega-3 mencegah pertumbuhan sel kanker, selain itu juga dapat mengurangi inflamasi. Selain ikan, biji lenan merupakan sumber asam lemak omega-3 yang baik.

7. Kunyit

Kurkumin, bahan aktif dari kunyit yang berperan dalam anti-inflamasi dan antioksidan. Kurkumin juga dapat menjadi penghalang dari komunikasi sel-sel kanker sehingga mencegah perkembangannya.

8. Teh
Teh mengandung senyawa katekin yang menghambat pertumbuhan kanker. Sebuah studi di China mengatakan, peminum teh hijau memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengembangkan kanker dibandingkan mereka yang tidak.

9. Sayuran 

Buah dan sayur mengandung fotonutrien yang sama pentingnya dengan mineral dan vitamin. Sayuran seperti kembang kol dan kubis mengandung fitonutrien yang dapat membantu menghambat metabolisme karsinogen dan merangsang tubuh untuk memproduksi enzim detoksifikasi.

10. Tomat
Studi pada tahun 2009 yang dimuat dalam Journal of Clinical Oncology menunjukkan bahwa tomat mengandung likopen yang membantu mencegah kanker prostat. Likopen merupakan antioksidan kuat yang juga dapat mencegah pelbagai jenis kanker lainnya.

11. Delima
Delima kaya akan asam elagik yang dapat memperlambat pertumbuhan sel kanker. Asam elagik juga menonaktifkan senyawa penyebab kanker.

12. Bawang bombai
Bawang bombai kaya akan senyawa anti-kanker. Bawang bombai dapat dimakan mentah ataupun sebagai campuran makanan.

Kamis, 15 Mei 2014

Harapan Bagi Pasien Kanker Stadium Lanjut

Banyak orang takut terhadap kanker karena penyakit ini dianggap sebagai lonceng kematian. Padahal, meski kanker adalah penyakit yang sangat serius, kemajuan ilmu kedokteran dan pengobatan, menjadikan angka kematian akibat kanker terus menurun.

Saat ini makin banyak pengobatan kanker yang berhasil baik. Obat-obatan kanker generasi baru yang secara selektif mematikan sel kanker tanpa merusak sel sehat terus dikembangkan. Obat tersebut disebut juga dengan terapi sasaran (targeted therapy).

Menurut Dr.Aru Sudoyo, pakar hematologi-onkologi medik, obat yang dipakai dalam terapi sasaran sangat berkontribusi meningkatkan usia harapan hidup pasien kanker stadium lanjut. 

"Pada tahun 1990-an, orang yang sakit kanker hanya bisa bertahan enam bulan. Sekarang ini, mereka bisa bertahan lebih dari dua tahun. Harapan hidup pasien kanker pasti akan bertambah lama dalam beberapa tahun ke depan," kata Aru dalam acara media edukasi mengenai terapi sasaran yang diadakan oleh PT.Roche Indonesia di Jakarta (3/4/13).

Aru menjelaskan, pengobatan dengan terapi sasaran hanya ditujukan untuk pasien kanker stadium lanjut dan tidak untuk menggantikan kemoterapi. Pada pasien kanker stadium satu sampai tiga pengobatan utamanya adalah operasi. 

"Tujuan pemberian terapi sasaran adalah supaya pasien bisa dioperasi. Karena itu sel-sel kanker yang sudah menyebar dicegah sehingga tumornya menjadi kecil dan bisa dipotong. Kondisinya jadi seperti kembali ke stadium satu," kata dokter dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Pemberian terapi sasaran harus digabungkan dengan kemoterapi. "Obat terapi sasaran akan membantu memperkuat kemoterapi. Ibaratnya sel kanker dikepung dari berbagai sisi," katanya. 

Generasi baru

Para ilmuwan saat ini terus mengembangkan obat-obatan terapi sasaran generasi baru yang lebih efektif dan mampu meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup pasien kanker. 

"Obat-obatan terapi sasaran bukan untuk melenyapkan sel kanker, tetapi menjadikan kanker sebagai penyakit kronik seperti halnya hipertensi atau diabetes yang bisa dikontrol dengan obat," kata Aru.

Menurut dr.Arya Wibitomo, Head of Medical Affairs PT.Roche Indonesia, saat ini yang menjadi fokus penelitian para ahli adalah mencari obat terapi target yang bisa bekerja tanpa kemoterapi. 

"Saat ini pasien kanker diberikan dua obat, obat kemoterapi dan terapi sasaran. Nantinya cukup dalam satu sediaan obat dengan efek samping minimal," kata Arya.

Ada berbagai jenis obat terapi sasaran, salah satunya adalah antibodi monoklonal yang akan merangsang sistem kekebalan tubuh alamiah yang secara khusus menyerang sel kanker. Pertumbuhan sel-sel darah yang memasok oksigen dan zat gizi ke sel kanker juga akan dihambat sehingga sel kanker menjadi kecil dan mati. 

Obat-obatan terapi sasaran memang masih cukup mahal. Sebagai ilustrasi, untuk satu siklus pengobatan kanker yang digabungkan dengan kemoterapi, membutuhkan biaya antara 40-50 juta rupiah. 

Terapi sasaran juga hanya bisa diberikan pada tumor padat seperti kanker paru, payudara, kolorektal, ginjal, dan otak. Obat-obatan terapi sasaran biasanya menyebabkan efek samping naiknya tekanan darah.

Kamis, 01 Mei 2014

Kenali 3P Gejala Leukemia

Bukan cuma orang dewasa yang bisa terkena kanker. Anak-anak pun tak luput dari penyakit paling ditakuti ini. Jenis kanker yang paling sering ditemukan pada anak adalah leukemia atau kanker darah.

Boleh dikatakan hampir 70 persen kanker pada anak adalah leukemia. Di urutan selanjutnya adalah kanker padat seperti kanker mata, ginjal, atau tulang.

Leukemia terjadi ketika sumsum tulang memproduksi sel darah putih (leukosit) secara berlebihan. Sebagian sel darah putih itu berubah sifat menjadi ganas. Akibatnya, sel darah putih yang seharusnya menjadi "tentara" untuk melindungi tubuh justru menekan trombosit (keping darah) dan eritrosit (sel darah merah).

Karena mengalir bersama darah, sel darah putih menyebar termasuk ke otak, gusi, kulit, tulang, hati, limpa, dan testis. Serangan sel darah putih yang mengganas itu bisa dilihat sebagai gejala. 

Menurut Prof.Dr.Bambang Permono, dokter spesialis anak dari RS.Dr.Soetomo, Surabaya, orangtua mesti curiga dan waspada jika anak menunjukkan gejala-gejala 3P. "Ada tiga gejala utama, yakni anak tampak pucat, panas atau demam tanpa diketahui penyebabnya, serta ada perdarahan dengan pembesaran organ atau benjolan di getah bening," katanya disela acara peresmian rumah singgah pasien kanker anak Rumah Kita di Surabaya beberapa waktu lalu. 

Perdarahan yang dialami anak bisa terjadi di gusi, hidung, atau bintik-bintik kemerahan di bawah kulit mirip dengan gejala demam berdarah. "Jika ada gejala-gejala itu hampir 80 persen adalah leukemia," katanya.

Untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan darah tepi untuk mengetahui jumlah haemoglobin, leukosit, dan trombosit. Selain itu perlu diperiksa sumsum tulang belakang.

Pesatnya dunia kedokteran dan pengobatan menjadikan usia harapan hidup pasien kanker lebih tinggi dibandingkan satu dasawarsa terakhir. Menurut Bambang, harapan hidup pasien leukemia kini sudah lebih dari 50 persen. 

"Kalau ditemukan sejak dini, harapan kesembuhannya sangat besar. Ada pasien saya yang didiagnosa leukemia sejak usia 4 tahun bisa sembuh dan sekarang sudah dewasa dan memiliki dua anak," katanya.

Tinggi rendahnya harapan hidup pasien, jelas Bambang, ditentukan oleh dua hal, penemuan kanker pada stadium awal serta kepatuhan pasien dalam pengobatan. Pengobatan utama leukemia adalah kemoterapi. 

Sayangnya bagi pasien yang tidak mampu, pengobatan seringkali terputus. Bahkan meski biaya pengobatan sudah ditanggung pemerintah, namun banyak dari mereka yang tak punya biaya untuk bolak-balik ke rumah sakit. Padahal, pengobatan leukimia memakan waktu berbulan-bulan bahkan tahunan.

Meningkat

Di Surabaya, berdasarkan data dari RS Dr.Soetomo, jumlah penderita kanker pada anak dalam 5 tahun terakhir makin meningkat. Pada tahun 2010 ada 689 anak terdeteksi kanker, sedangkan di tahun 2011 tercatat ada 744 pasien kanker anak baru. 

Penyebab dari semua kanker tersebut masih belum diketahui. Menurut Bambang, hal tersebut mungkin berkaitan dengan peningkatan industri sehingga pencemaran pun meningkat.

Rabu, 09 April 2014

Bakteri dalam Mulut Penyebab Kanker Usus

 Jika sering mengabaikan kesehatan mulut, maka berhati-hatilah karena sebuah penelitian menyatakan bakteri dari mulut dapat menyebabkan kanker usus.
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat telah mengungkapkan bukti bahwa Fusobacteria yang umumnya terdapat pada bagian mulut dapat menimbulkan respon kekebalan lebih dari aktif sehingga mengaktifkan gen pertumbuhan kanker
Seperti dikutip dari Bbc.co.uk, Kamis (15/08), Uji coba yang dilakukan oleh tim peniliti dari Harvard Medical School pada seekor tikus, menunjukan hasil bahwa bakteria mempercepat pembentukan tumor kolorektal (usus besar) dengan menarik sel kekebalan khusus yang menyerang dan memicu respon inflamasi (peradangan) yang dapat menyebabkan kanker.
"Fusobacteria dapat memberikan tidak hanya sebuah cara baru untuk mengelompokan atau menggambarkan kanker usus, tetapi juga, yang lebih penting, perspektif baru tentang bagaimana target jalur untuk menghentikan pertumbuhan tumor dan penyebarannya," jelas Dr Wendy Garrett, penulis utama studi Harvard.
Sementara itu Oliver Childs, peneliti dari Cancer Research, Inggris juga berpendapat dalam tubuh manusia mengandung banyak mikroba, banyak yang bermanfaat dan melindungi dari berbagai penyakit, tetapi beberapa dapat menyebabkan kerusakan dan penelitian terbaru memberikan bukti kuat bahwa Fusobacteria berkontribusi terhadap pertumbuhan sel-sel kanker khususnya pada usus besar.

Selasa, 25 Maret 2014

Wah, Kacang Polong Bisa Lawan Kanker Usus!

Makanan yang kaya akan pati jenis resistant starch (RS), seperti kacang polong, buncis, dan jenis kacang lainnya, ternyata bisa melindungi Anda dari kanker usus atau kolorektal.
RS ini tidak dapat dicerna sehingga akan berakhir di usus dengan bentuk yang sama saat memasuki mulut Anda. Setelah di usus, pati ini melakukan beberapa hal penting, termasuk penurunan pH dan waktu transit usus, dan meningkatkan produksi asam lemak. Efek ini juga mendorong pertumbuhan bakteri baik sekaligus membuang bakteri buruk.
Kini, sebuah tinjauan University of Colorado Cancer Center telah menunjukkan bahwa pati tersebut juga membantu tubuh melawan kanker kolorektal melalui berbagai mekanisme, termasuk membunuh sel pra-kanker dan mengurangi peradangan penyebab kanker.
“Pati ini banyak ditemukan dalam kacang polong, buncis dan jenis kacang lainnya, pisang hijau, dan juga dalam produk tepung kemasan yang didinginkan seperti nasi sushi dan salad pasta,” ujar Janine Higgins, PhD, peneliti CU Cancer Center dan profesor Pediatrics di University of Colorado School of Medicine.
“Anda harus mengonsumsi makanan tersebut dalam suhu ruangan normal atau di bawah normal. Apabila Anda memanaskannya segera, pati tersebut akan hilang. Tapi bila dikonsumsi dengan benar, pati ini mampu membunuh sel pra-kanker dalam usus,” saran Higgins.
“Pati ini juga mungkin memiliki implikasi untuk pencegahan kanker payudara,” kata Higgins. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Current Opinion in Gastroenterology edisi bulan ini.

Selasa, 11 Maret 2014

Kurangi Resiko Kanker Usus dengan Aspirin

Aspirin yang dikonsumsi secara terus menerus mampu mengurangi 60 persen kanker kolorektal (usus) pada orang yang menderita penyakit turun-menurun itu. Demikian menurut laporan jurnal The Lancet, akhir pekan lalu.
Penelitian yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan menggunakan sampel yang luas ini, menguatkan bukti lain bahwa aspirin dapat melindungi usus besar dan rektum dari kanker.
Studi tersebut melibatkan sejumlah penderita Lynch Syndrome, kesalahan genetis yang mengubah susunan sel sehingga menyebabkan berbagai macam kanker, termasuk kanker usus.
Sebanyak 861 pasien dibagi menjadi dua kelompok secara acak. Satu kelompok mengonsumsi dua butir aspirin berdosis 600 mg setiap hari, kelompok lain mengonsumsi pil biasa, atau disebut juga plasebo, sedikitnya dua tahun. Kemudian usus besar mereka diperiksa.
Ketika data tersebut diperiksa pertama kali pada 2007, tidak ada perbedaan di antara dua kelompok itu. Namun semuanya berubah ketika para peneliti memeriksa data itu kembali beberapa tahun kemudian.
Hingga saat itu, terdapat 34 kasus kanker usus di kelompok plasebo, sedangkan di kelompok aspirin hanya 19, atau 44 persen lebih sedikit dibanding kelompok plasebo.
Para dokter kemudian melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap 60 persen pasien yang mengonsumsi aspirin dan plasebo selama lebih dari dua tahun.
Hasil penelitian sub-kelompok itu lebih mengesankan. Terdapat 23 penderita kanker usus di kelompok plasebo, dan hanya 10 penderita di kelompok aspirin, atau 63 persen lebih sedikit dibanding kelompok plasebo. Perbedaan itu baru terlihat setelah lima tahun.
Dari temuan tersebut, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk melihat dosis dan jangka waktu terbaik dalam mengonsumsi aspirin.
"Sementara itu, para dokter klinik harus mempertimbangkan resep aspirin untuk semua orang yang berisiko tinggi mengidap penyakit kanker usus, dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi efek samping," kata ketua penelitian John Burn, profesor genetika klinis di Universitas Newcastle, Inggris timur laut, dalam jurnal tersebut.
Tahun lalu, sebuah studi yang juga terbit dalam jurnal The Lancet menemukan bahwa jumlah penderita kanker usus besar, prostat, paru-paru, otak dan tenggorokan berkurang akibat konsumsi aspirin setiap hari. Untuk kanker usus besar, resiko di atas 20 tahun berkurang 40 persen.
Banyak dokter menyarankan penggunaan aspirin secara rutin untuk mengurangi resiko serangan jantung, stroke dan masalah sirkulasi darah lainnya. Namun penggunaan aspirin secara terus -menerus dapat menyebabkan efek samping berupa sakit perut.

Selasa, 11 Februari 2014

Awas! Makanan yang Dipanggang Picu Risiko Kanker Dua Kali Lipat

Banyak orang senang menikmati makanan yang dipanggang dan ada banyak restoran yang menyajikan hidangan makanan dengan cara dipanggang. Tetapi, para ilmuwan mengatakan bahwa pilihan terhadap makanan yang terolah itu dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan.
Dibandingkan dengan yang direbus, memasak makanan dengan memanggang bisa meningkatkan risiko kanker hingga dua kali lipat, meskipun dagingnya dimasak hingga matang. Para ilmuwan menemukan bahwa daging yang dipanggang atau digoreng menyebabkan mutasi karsinogenik pada permukaan makanan itu.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Institut kesehatan publik Norwegia menguji tikus sebagai percobaannya yang diharapkan merefleksikan kondisi serupa pada manusia. Mereka menemukan bahwa manusia memiliki enzim tertentu yang disebut sulfotransferases (sult) dalam beberapa bagian dari tubuh mereka. Di tikus, enzim ini hanya ada pada hati.
Enzim Sult berfungsi untuk mengubah beberapa kandungan dalam makanan agar tidak berbahaya. Selain itu, Enzim ini juga memiliki kemampuan untuk merubah makanan menjadi karsinogenik atau kandungan penyebab kanker.
"Kami ingin meneliti perkembangan tumor usus pada tikus yang sering mengonsumsi makanan yang dipanggang dan digoreng dan membandingkan mereka dengan perkembangan tumor pada tikus normal yang diberi makan makanan terkontaminasi yang sama," kata para ilmuwan, seperti dikutip dari dailymail.
Hasilnya menunjukan bahwa para ilmuwan menemukan tumor usus meningkat dari 31 hingga 80 persen pada tikus yang memakan daging yang dipanggang, sama seperti manusia. Selain itu, para ilmuwan juga mencatat bahwa tikus bukanlah percobaan yang sempurna untuk menggambarkan risiko kesehatan usus manusia melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi.

Selasa, 28 Januari 2014

Ditemukan, Bakteri Usus Pemicu Kanker Kolorektal

Kanker usus besar atau kolorektal diketahui merupakan salah satu jenis kanker yang dipicu oleh kebiasaan hidup yang tidak sehat, seperti makan berlemak, kurang serat, kurang minum, dan jarang bergerak. Namun dua studi baru menemukan, kanker ini juga dipicu oleh bakteri tertentu.

Kedua studi yang dipublikasi dalam jurnal Cell Host & Microbe tersebut mengungkap, tipe bakteri yang dapat ditemukan di mulut ini sangat dapat memicu serangan kanker kolorektal dengan memanipulasi respons imun tubuh.

Para peneliti studi menekankan pada spesies bakteri tertentu yang disebut dengan Fusobacteria nucleatum. Mereka sebelumnya menemukan, jumlah bakteri tersebut banyak di dalam mulut pasien kanker kolorektal. Namun, mereka belum dapat memastikan apakah bakteri ini merupakan penyebab dari kanker.

Dalam studi pertama, para peneliti menemukan, Fusobacteria pada tumor jinak di usus dapat meningkatkan potensi tumor tersebut menjadi kanker. Mereka pun berpendapat, bakteri itu mungkin berhubungan dengan proses pembentukan awal tumor.

Sementara itu, dalam studi kedua para peneliti melakukan percobaan pada tikus yang sudah direkayasa mengalami kanker kolorektal. Mereka menemukan, Fusobacteria meningkatkan jumlah sel kekebalan tertentu yang disebut sel myeloid. Sel tersebut dapat masuk ke dalam tumor dan mempercepat pembentukan kanker.

Usus merupakan tempat ditemukannya triliunan bakteri yang sebenarnya dibutuhkan untuk menjaga kesehatan. Bakteri memengaruhi sistem imun tubuh yang membantu penyerapan sari-sari makanan.

Biarpun demikian, bakteri-bakteri ini terkadang juga bisa memicu penyakit sehingga para pakar mengategorikan bakteri usus menjadi bakteri "baik" dan "jahat".

Para peneliti percaya temuan mereka dapat memberikan dasar diagnosis dan pengobatan penyakit yang lebih baik.

"Fusobacteria mungkin dapat memicu kanker usus, namun yang lebih penting adalah penemuan cara baru untuk menghentikan pertumbuhan tumor dan penyebarannya," pungkas mereka.

Selasa, 14 Januari 2014

Kanker Kolorektal Jadi Ancaman

Kanker kolorektal mengancam seiring pertambahan usia harapan hidup dan perubahan gaya hidup. Di dunia, setidaknya 1,5 juta orang terkena kanker itu setiap tahun.
Hal itu dikemukakan Profesor GNJ Tytgat, President World Gastroenterology Organizations, dalam jumpa pers terkait penyelenggaraan ”Symposium Breast, Colorectal, and Liver Update 2011”, Sabtu (21/5) di Jakarta.
Penyebab kanker kolorektal (usus besar dan dubur) antara lain faktor genetik, riwayat pasien pernah menderita tumor jinak pada usus besar, dan peradangan usus. Pola makan dan paparan dari zat-zat tertentu juga memudahkan timbulnya kanker.
Tytgat mengatakan, ancaman kanker kolorektal tidak hanya di negara-negara Barat, tetapi juga di Asia. ”Pola makan tinggi lemak dan rendah serat, kurang aktivitas fisik, serta merokok mempertinggi risiko kanker kolorektal,” ujarnya. Risiko terkena kanker kolorektal meningkat pada usia di atas 50 tahun.
Perkembangan kanker kolorektal lambat, terjadi bertahun- tahun, hingga akhirnya berbagai gejala muncul, antara lain ada darah pada tinja saat buang air besar, perubahan frekuensi dan konsistensi buang air besar, serta rasa sakit di perut.
Tytgat mengatakan, sebaiknya dilakukan deteksi dini untuk kanker kolorektal sejak usia 35 tahun. ”Dulu deteksi dini dimulai sejak usia 50 tahun. Namun, deteksi dini 10-15 tahun lebih awal akan sangat baik,” katanya.
Dokter spesialis bedah onkologi, Samuel Haryono, mengatakan, deteksi dini dan edukasi tentang kanker penting untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian. Penemuan kasus pada stadium dini membuat penanganan lebih mudah, masa bebas penyakit lama, dan kemungkinan tumbuh kanker kembali rendah.
Metode yang dapat dilakukan untuk deteksi dini untuk kanker kolorektal antara lain pemeriksaan adanya darah pada tinja, pemindaian dan endoskopi untuk melihat ke saluran pencernaan.
Penanganan kanker usus antara lain dengan operasi terbuka, operasi laparoskopi (menggunakan fiber optik yang dimasukkan ke tubuh pasien sehingga irisan pada kulit lebih sedikit dan perawatan lebih singkat), kemoterapi, serta terapi target.