Senin, 16 September 2013

Diet Sehat Pasien Kanker

Kanker adalah kondisi pertumbuhan sel-sel tubuh yang tidak terkendali.
Bagi penderitanya baik yang masih menjalani terapi atau sudah sembuh, perlu mewaspadai sel-sel kanker ini agar tidak bertambah banyak atau tumbuh lagi. Ketua umum Asosiasi Dietisian Indonesia Martalena Purba menjelaskan bahwa secara periodik dokter akan mengecek nasih sel-sel kanker. "Untuk mengurangi dan menghindari agar tidak muncul kembali, maka ada makanan yang perlu dihindari," ujar Martalena.

Makanan haram bagi penderita kanker adalah yang bersifat karsinogetis atau memicu pertumbuhan sel kanker. Ahli Gizi Rumah dari Rumah Sakit dr Sardjito Yogyakarta ini menjelaskan bahwa karsinogenetis ditemukan pada bahan pangan hewani berlemak yang dibakar. "Itu kalau di sate yang sampai menyala lemaknya ketika dibakar," ujar Lena, sapaan Martalena. Karsinogetis juga dijumpai pada makanan awetan dan yang digoreng dengan minyak yang dipakai berulang.

Lemak hewani dan bahan tambahan pangan untuk menambah masa simpan adalah sejoli yang jahat bagi pasien kanker. Dua karib ini bisa dijumpai dalam sosis, salami, atau kornet yang berasal dari daging dengan tambahan sodium nitram. "Satu yang sering terlupa adalah aflatoxin, racun yang ditemui dalam kulit kacang tanah, sereal berjamur dan kacang-kacangan berjamur," ujar Fahma Sunarja, Senior Dietisien dari Parkway Cancer Center Singapura yang dihubungi lewat surat elektronik. 

Menghindari racun-racun tersebut, Fahma menyarankan untuk memilih bahan yang segar, cuci dalam air mengalir supaya pestisida hilang dan masak dengan berbagai metode. Bisa dengan menumis, menggoreng, mengukur, memanggang, dan merebus. Untuk menunya, tiap pasien punya pola yang berbeda. "Yang penting dalam satu porsi, gizinya seimbang," kata pemegang gelar Master Dietisien dari Universitas Otago, Selandia Baru.

Kondisi yang perlu dicermati adalah mereka yang baru saja menjalani radioterapi dan kemoterapi. "Beberapa pasien biasanya mengalami mulut kering, sariawan dan pengubahan rasa, sehingga selera makannya jadi menguap" ujar Fahma. Penulis buku "Awakening the Appetite" menuturkan bahwa pasien yang baru saja terapi tersebut sebaiknya mengkonsumsi makanan yang lembut dan dingin.

"Sebab indera pencecap mereka lebih bisa menerima," Lena menambahkan. Makanan yang panas, akan membuat perut pasien rasanya tidak nyaman. "Kalau kata orang Jawa, tebah," ujar dia. Pasien-pasien yang dalam tahap penyembuhan, perlu asupan tinggi protein, baik nabati dan hewani. Sebab, Lena melanjutkan, dalam tubuh mereka banyak mengandung oksidan dari obat dan terapi radiasi.

Sehingga diperlukan antioksidan dari makanan alami. Paling gampang adalah dari sayuran dan buah yang berwarna. Lena mencontohkan wortel, bayam, kangkung, tomat dan aneka buah-buahan bagus sebagai penangkap anti oksidan. Sayur dan buah yang kaya serat tersebut juga baik untuk mengikat sisa metabolisme tubuh. Kalau kurang serat, maka sisa metabolisme akan "ngendon" dan bisa jadi racun ke tubuh sendiri.

Diet memang lebih mudah diterapkan bagi pasien yang tinggal di rumah. Kalau harus bepergian, Fahma mengingatkan untuk memperhatikan kebersihan pangan dan keamanan pangan dalam asupan mereka. "Cari makanan yang memang berbahan segar," ujar dia. Jadi pengubahan zat gizi masih dalam toleransi. Ketika makan di luar, usahakan tidak membeli makanan yang dihangatkan berulang seperti nasi padang atau nasi rames. 

Menjaga pola makan bagi pasien kanker, diakui Fahma memang tidak bisa menyembuhkan. Tapi setidaknya dengan kecukupan gizi dan keamanan pangan, tubuh memiliki kekuatan untuk melawan kanker. Sekaligus bisa kuat ketika menjalani proses kemoterapi yang tak hanya membunuh sel kanker tapi juga sel sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar